Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menghidupkan Bulan Sya’ban

Sebagai Upaya
Menghilangkan Covid-19

Oleh: Ali Mahfudz, S.Th.I., M.S.I.
(Ketua Tanfidz MWC NU Kec. Pamarican)



Al-Sayyid Muhammad bin ‘Alawi bin ‘Abbas dalam kitab-nya Ma Dza Fi Sya’bana menjelaskan bahwa bulan Sya’ban termasuk bulan yang mulia dan agung. Keberkahannya masyhur, kebaikannya melimpah, ketaatan dan taubat di dalamnya termasuk keuntungan yang terbesar. Bulan ini dinamakan bulan Sya’ban karena darinya terpancar cabang-cabang kebaikan (yatasya’abu minhu khairun katsir). Ada yang berpendapat maknanya adalah menyebar dan tampak (sya’a wa bana). Sebagian lagi berpendapat bahwa Sya’ban tercetak dari kata syi’b dengan dikasrah huruf syin-nya yang berarti jalan di gunung yang merupakan jalan kebaikan. Pendapat lain mengatakan bahwa kata Sya’ban tercetak dari kata sya’b dengan difathah huruf syin-nya yang berarti menambal (jabr) karena pada bulan ini Allah SWT menambal hati-hati yang pecah.

Pada bulan Sya’ban, terdapat beberapa peristiwa besar bersejarah yang terjadi, yakni:
1. Pemindahan arah kiblat/tahwil al-qiblah dari Baitul Maqdis di al-Quds ke Ka’bah di Makkah. Peristiwa ini sangat ditunggu-tunggu oleh Rasulullah SAW dan setiap hari beliau menengadahkan wajahnya ke langit sambil menunggu turunnya wahyu dari Allah SWT. Pada momen inilah turun surat al-Baqarah/2: 144.

قَدْ نَرٰى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاۤءِۚ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضٰىهَا ۖ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗ ۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ

Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan”.

Menurut Abu Hatim al-Busty, kaum muslimin shalat menghadap Baitul Maqdis selama 17 bulan 3 hari dan Allah SWT memerintahkan untuk menghadap Ka’bah pada hari Selasa pertengahan bulan Sya’ban.

2. Pengangkatan amal-amal (raf’u al-a’mal) yang merupakan pengangkatan terbesar dan terluas. Hal ini berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW dari Usamah bin Zaid dan diriwayatkan oleh imam al-Nasa’i dan Ahmad dalam Musnad-nya:

ذَاكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبَ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ يُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

“Sya’ban adalah bulan yang banyak manusia melalaikannya, yang berada antara bulan Rajab dan Ramadhan. Sya’ban adalah bulan di mana amal-amal itu diangkat kepada rabb semesta alam Dzat yang Maha perkasa lagi Mulia. Maka, aku suka agar amalku diangkat sementara aku dalam keadaan berpuasa”.

3. Diturunkannya ayat shalawat kepada Nabi Muhammad SAW yakni surat al-Ah}za>b/33: 56:

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya”.

Oleh karena itu, bulan Sya’ban dinamakan dengan bulan shalawat (syahr al-shalah). Pendapat ini disampaikan oleh Ibnu Abi al-Shaif al-Yamani, al-Imam Syihabuddin al-Qasthalani, dan al-Hafizh Ibnu Hajar.

Selain dinamakan dengan bulan shalawat, Sya’ban juga dinamakan dengan bulan al-Qur’an (syahr al-Qur’an). Al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hanbali meriwayatkan dengan sanad yang lemah dari Anas. Ia mengatakan: “Ketika memasuki bulan Sya’ban, kaum muslimin tekun membaca al-Qur’an dan mereka mengeluarkan zakat untuk orang-orang lemah dan miskin agar kuat dalam menjalani puasa Ramadhan. Menurut Salmah bin Kuhail dan Habib bin Abi Tsabit, bulan Sya’ban dinamakan dengan bulan qurra’ (syahr al-qurra’).

Menurut Dr. Muhammad al-Dabisi dalam kitab-nya Hal al-Mu’minin fi Sya’bana, bulan Sya’ban sangat penting untuk diperhatikan karena beberapa sebab, diantaranya: Pertama, bulan Sya’ban adalah pendahuluan dari bulan pengampunan. Kedua, menghidupkan waktu-waktu yang sering dilupakan oleh manusia dengan ketaatan dan amal shalih seperti bulan Sya’ban akan mendatangkan manfaat besar salah satunya yakni Allah SWT akan mengangkat bala’ (cobaan berat/wabah).

Semoga dengan kita menghidupkan bulan Sya’ban dan mengisinya dengan ketaatan, Allah SWT akan mengangkat wabah Corona yang sedang melanda dunia. Amin.

Rujukan:
Al-Sayyid Muhammad bin ‘Alawi bin ‘Abbas, Ma Dza Fi Sya’bana
Dr. Muhammad al-Dabisi, Hal al-Mu’minin fi Sya’bana

Posting Komentar untuk "Menghidupkan Bulan Sya’ban"